Biarkan Terjadi Konflik

Sering kita berada di sekitar orang yang sedang konflik. Entah di rumah, lingkungan, maupun tempat kerja.

Tapi, seuntung-untungnya orang yang sedang berkonflik, masih untung orang netral yang ada di sekitarnya. Mereka bisa mengambil pelajaran dari kemunculan konflik itu.

Hingga pada akhirnya nanti, kedamaian surga menghampiri kita. Kedamaian yang berupa ketidakmunculan sebuah konflik pun.

Dan satu dari sekian banyak surga dunia adalah pengelolaan konflik yang berjalan baik. Mulai dari pencegahan, penanganan, hingga pemulihan konflik.

Itu semua bisa diteliti dan dipersiapkan rancangannya jika model dan macam-macam konflik terus muncul bertubi-tubi.

Jadi, biarkan saja konflik terua terjadi. Asalkan kita bisa meneliti dan memaknai pesan yang termuat di dalamnya.

Ampak-ampak Singgelapura

… maka boleh dibilang lakon kethoprak itu memuat sayembara yang disayembarakan…

Ampak-ampak Singgelapura merupakan sebuah lakon kethoprak yang terkenal di era 90an. Tepatnya pada tahun 1990, sebuah media cetak memuat cerita tersebut. Selain sebagai pelipur lara, juga menjadi sebuah strategi pemasaran koran yang menekankan pada penyesuaian konten dengan emosi para pembaca.

Kala itu, berita kekalahan Irak atas Amerika membuat pembaca malas membeli koran. Akhirnya disisipkanlah cerita tersebut secara bersambung. Untuk lebih menarik perhatian, dibuatlah sayembara dengan total hadiah mencapai ratusan juta.

Berdasarkan sumber yang kurang dipercaya, Ampak-ampak Singgelapura bercerita tentang perebutan putri mahkota (sapa ngono jenenge) oleh beberapa ksatria. Dan akhirnya ada salah satu dari mereka yang berhasil memenangkan sayembara perebutan putri mahkota itu.

Jika gambaran umum cerita yang saya tulis di atas benar, maka boleh dibilang lakon kethoprak itu memuat sayembara yang disayembarakan. 😀

Referensi: https://thedahlaniskanway.wordpress.com/2013/03/17/ketoprak-sayembara-pelipur-lara/

Amanat Pembina Upacara Hari Kartini

Sampai pada akhirnya, pola manajemen komunikasi itu membawa Kartini menjadi sosok perempuan yang tiada duanya kala itu.

AMANAT PEMBINA UPACARA pada peringatan Hari Kartini. Disusun oleh Dra. Heny Rahayu.

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
 Yang terhormat, Kepala SMA N 1 Slogohimo, Bapak Singgih Santoso, S.Pd., M.Pd.Si.
 Bapak dan Ibu Guru serta Karyawan SMA N 1 Slogohimo yang kami hormati.
 Serta Anak-anakku kelas X dan XI yang kami banggakan.

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan kepada kita semua, untuk melaksanakan upacara bendera dalam rangka HUT Kartini ke 136 dalam keadaan sehat.

Bapak, Ibu, dan Anak-anakku sekalian.

Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini, Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri. Kemudian menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah (pada saat itu).
Dari sedikit ulasan sejarah Kartini di atas, ada beberapa hal yang patut kita garis bawahi:
1. Kartini berhasil memilih sumber informasi yang ia gunakan sebagai bahan belajar dengan tepat.
2. Kartini berhasil menyerap dan menyaring informasi yang bermanfaat saja.
3. Kartini berhasil mengkomunikasikan kembali dengan baik informasi yang ia dapatkan.

Sebuah pola manajemen komunikasi yang luar biasa. Sampai pada akhirnya, pola manajemen komunikasi itu membawa Kartini menjadi sosok perempuan yang tiada duanya kala itu. Terbukti, ia berhasil meruntuhkan sistem adat yang banyak merugikan perempuan. Juga memperjuangkan kepentingan orang banyak dengan menolak sistem tanam paksa yang jelas-jelas menyengsarakan rakyat.

Sementara saat ini, di mana status sosial perempuan dan laki-laki sudah setara, hendaknya kita menjaga agar hal ini tetap berjalan dengan baik. Jangan sampai kita sebagai genarasi penerus perjuangan Kartini, malah menurunkan kembali status sosial perempuan dengan tindakan-tindakan kurang baik, yang sayangnya terlanjur menjadi kebiasaan umum.

Salah satu upaya menjaga harmonisasi status sosial adalah memperhatikan manajemen berkomunikasi. Di zaman yang serba online ini, hendaknya kita memastikan diri untuk memahami batasan-batasan tentang hal-hal berikut:
1. Memilih Sumber Informasi
Makin mudahnya informasi tersaji, makin mudah pula informasi yang tidak dapat dipercaya kebenarannya beredar di sekitar kita. Isu-isu yang bernada negatif dengan menyudutkan pihak-pihak tertentu, makin marak bermunculan. Tidak sedikit pula media saat ini menjadi arena unjuk keburukan atas dasar ketidakcocokan antar pribadi atau golongan. Dengan demikian, kita perlu berupaya untuk memilih dengan bijak sumber informasi yang dirasa paling akurat. Tidak ada salahnya kita meng-cross-check kembali informasi yang kita dapatkan dengan cara: mencari sumber lain sebagai bahan pembanding.
2. Menyaring informasi
Banyak informasi yang dapat kita peroleh dengan mudah saat ini. Mulai dari berita politik, humaniora, ekonomi, hiburan, olahraga, gaya hidup, wisata, kesehatan, teknologi, dan juga sains. Dari sekian banyak informasi yang beredar setiap harinya, tentu tidak semua kita butuhkan. Malah makin hari dapat kita cermati informasi-informasi yang cenderung meningkatkan rasa kegelisahan. Hal ini telah menjadi tren saat ini, bad news is a good news. Kabar buruk lebih mudah tersebar. Entah itu berupa fakta, atau hanya sekedar opini belaka. Maka dari itu, memilah/menyaring informasi sebelum kita mengkomunikasikannya kembali adalah hal yang hendaknya kita biasakan mulai saat ini.

3. Mengkomunikasikan Sebuah Informasi
Merebaknya jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, BBM, dsb. membuka ruang yang lebih leluasa dalam mengkomunikasikan kembali sebuah informasi. Tak berhenti pada informasi berbentuk tulisan, gambar pun kini dapat dengan mudah menyampaikan kembali sebuah pesan/informasi.

Dengan hitungan menit, sebuah video dapat kita sebarkan tanpa ia harus lepas dari genggaman. Hal ini mendatangkan manfaat yang luar biasa dalam penyampaian kembali sebuah informasi. Keakuratan informasi dijamin lebih tinggi. Kecepatan tersebarnya pun tak dapat diragukan lagi.

Kita semua berharap, dengan budaya mengomunikasikan kembali informasi secara santun yang dimiliki seluruh warga Indonesia, kecanggihan telekomunikasi itu kita yakini dapat mendatangkan manfaat kepada kita baik kini maupun nanti.

Selamat Hari Kartini.

Semoga semangat Kartini tempo dulu dalam menjaga pola komunikasinya yang santun dan mengutamakan manfaat; dapat kita pegang teguh dan terus kita perjuangkan hingga nanti!

Cukup sekian yang dapat kami sampaikan, apabila banyak kesalahan kami mohon maaf. Akhir kata,

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Sumber:

Bapak Menkominfo Butuh Piknik


http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini

Dunia Itu…

Kata Mbah Kyai, tiada yang lebih nikmat di dunia kecuali tidur.

Bayi nangis kekejer (sangat keras) karena kelaparan. Setelah menunggu beberapa lama, makanan pun datang. Sayang, ia terlanjur ngantuk akibat kelelahan nangis tadi. Dibangunkan dengan cara apa pun, tak mau bangun.

Acara televisi semenarik apa pun, lebih milih tidur kalau sudah ngantuk.

Pengantin baru mana yang bahagia saat malam pertamanya didera ngantuk? Bukankah lebih bahagia kalau tidur saja?

Dan masih banyak lagi.

Mbah Kyai juga menambahkan. Ngantuk yang ditidurkan, layaknya sakit yang terobati. Kebelet buang hajat yang dilanjutkan pergi ke WC, adalah sakit yang terobati. Dan masih banyak lagi.

Jadi, dunia itu bahagia jika penuh sakit yang terobati. Salah kalau kita ndhak mau sakit. Tambah salah kalau kita ingin sakit terus.

Si Pembuat Ketidakadilan Kondisinya Mengenaskan

Barang-barang berbahaya berasal dari ketidakadilan. (Cak Nun)

Prediksi Cak Nun ini bisa berlaku di mana saja. Baik di lingkungan rumah, tempat kerja, negara, bahkan dalam hubungan antar negara. Barang-barang dalam kalimat di atas saya maknai sebagai kumpulan beberapa orang. Eh, bisa juga hanya seseorang ding.

Yang pernah saya temui, si pembuat ketidakadilan biasanya punya cara khusus dalam menanggulangi bahaya dari orang-orang (yang dianggap berbahaya) tadi. Bisa diupayakan dengan pura-pura memberi perhatian lebih, atau sekedar menyodorkan uang tutup mulut.

Sayangnya, upaya penanggulangan itu memunculkan ketidakadilan lain bagi pihak yang sebelumnya tidak berbahaya. Akhirnya, bertambahlah jumlah barang-barang berbahaya di sekitar pembuat ketidakadilan.

Lebih disayangkan lagi yaitu: seorang pembuat ketidakadilan yang belum sadar bahwa sedang banyak barang berbahaya di sekitar dirinya. Dia tetap santai membuat ketidakadilan-ketidakadilan yang makin menjadi-jadi hingga kehancuran menghampirinya.

Dan lebih dari sekedar lebih-disayangkan, si pembuat ketidakadilan ini baru menyadari sepak terjang barang-barang berbahaya ini setelah haknya dalam membuat keadilan dicabut oleh Yang Maha Adil.

Dunia Online Tak Kenal Tanggalan

Sebuah kekhawatiran tiba-tiba muncul dari suatu hal yang mungkin tak banyak digubris oleh rekan-rekan kerja saya sebelumnya. Tepatnya, tentang ancaman penjatuhan (kembali) nama baik via media online.

Hari ini ada tonggak sejarah baru tertancap di lingkungan kerjaku. Pencerahan dari Sang Maha Kuasa muncul begitu saja tanpa kami memintanya. Sebuah kekhawatiran tiba-tiba muncul dari suatu hal yang mungkin tak banyak digubris oleh rekan-rekan kerja saya sebelumnya. Tepatnya, tentang ancaman penjatuhan (kembali) nama baik via media online.

Media online yang dulu dianggap dewa penolong dalam penyaluran segala macam informasi, kini berbalik menjadi hal yang ditakuti. Ada suatu pola pemanfaatan media sebagai ajang penjatuhan nama baik. Tak tahu siapa yang paling diuntungkan, yang jelas, ada suatu keuntungan yang didapat sesaat setelah menulis berita secara online.

Berawal dari kejadian kriminal yang kebetulan menyangkut nama institusi kami, akhirnya muncullah beberapa berita yang hingga kini kami nilai mencoreng nama baik. Berita yang semestinya sudah kadaluwarsa, muncul kembali begitu saja. Dan dapat kami pastikan akan meracuni siapa saja.

Kalau begini aturannya, menulis berita tak perlu pakai tanggalan lagi. Berita lama yang menyakitkan tetap bisa meracuni siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.