2.2.a.9. Koneksi Antar Materi – Pembelajaran Sosial dan Emosional

CGP: Heri Adhi Nugraha | Asal Sekolah: SMKS Pancasila 6 Jatisrono

Modul ini berisikan materi tentang:

  1. Penjelasan tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) sesuai kerangka  CASEL  
  2. Penjelasan tentang  kesadaran penuh (mindfulness)
  3. Penjelasan tentang Pembelajaran  Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness)
  4. Penjelasan  penerapan 5 kompetensi sosial dan emosional (KSE) berbasis kesadaran penuh (mindfulness)  dalam kegiatan pembelajaran di kelas, lingkungan sekolah dan komunitas praktisi.

Penjelasan tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) sesuai kerangka  CASEL

Pengertian: Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuanketerampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan:

  1. memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)
  2. menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
  3. merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi)
  5. membuat keputusan yang bertanggung jawab.  (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)  dapat dilakukan dengan 4 cara:

  1. Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE)  secara spesifik dan eksplisit
  2. Mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid
  3. Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid
  4. Mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.

Pendekatan SEL yang efektif seringkali menggabungkan empat elemen yang diwakili oleh akronim SAFE (https://casel.org/what-is-sel/approaches/):

  1. Sequential/berurutan:   Aktivitas yang terhubung dan terkoordinasi untuk mendorong pengembangan keterampilan
  2. Active/aktif: bentuk Pembelajaran Aktif yang melibatkan murid untuk menguasai keterampilan dan sikap baru
  3. Focused/fokus: ada unsur pengembangan keterampilan sosial maupun  personal
  4. Explicit/eksplisit: tertuju pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional tertentu secara eksplisit.

Penjelasan tentang  kesadaran penuh (mindfulness)

Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat – Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in the present moment, with curiosity and kindness). Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja (on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity) dan kebaikan hati (compassion). Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang sedang dilakukan. 

Kesadaran penuh (mindfulness) dapat dilatih dan ditumbuhkan. Artinya, kita dapat melatih kemampuan untuk memberikan perhatian yang berkualitas pada apa yang kita lakukan. Kegiatan-kegiatan seperti latihan menyadari napas (mindful breathing); latihan bergerak sadar (mindful movement), yaitu bergerak yang disertai kesadaran tentang intensi dan tujuan gerakan; latihan berjalan sadar (mindful walking) dengan menyadari gerakan tubuh saat berjalan, dan berbagai kegiatan sehari-hari yang mengasah indera (sharpening the senses) dengan melibatkan mata, telinga, hidung, indera perasa, sensori di ujung jari, dan sensori peraba kita.  Kegiatan-kegiatan di atas seperti bernapas dengan sadar, bergerak dengan sadar, berjalan dengan sadar dan menyadari seluruh tubuh dengan sadar juga dapat diawali dengan cara yang paling sederhana yaitu dengan menyadari napas.

Penjelasan tentang Pembelajaran  Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness)

*) Diadaptasi dari Diagram K. Fort – Catanese (dalam Hawkins, 2017)

Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh yang dilakukan secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan hidup (Well-being) ekosistem sekolah.

Well-being (kesejahteraan hidup)  adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Berbagai kegiatan berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dalam sehari-hari memungkinkan seseorang membangun kesadaran penuh untuk dapat memberikan perhatian secara berkualitas yang didasarkan keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan hati (compassion) yang akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi menantang dan sulit.  Kondisi tersebut dapat dijelaskan dengan gambar berikut:

Hubungan Mindfulness dan Kompetensi Sosial Emosional (Hawkins, 2011)

Secara lengkap, Pembelajaran Sosial dan Emosional menurut kerangka CASEL dapat dilihat pada gambar berikut:

Kompetensi Sosial Emosioanal CASEL

Mengingat keterbatasan waktu,  pembelajaran 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE) secara eksplisit dalam modul 2.2 ini akan berfokus pada 5 kompetensi seperti yang terdapat pada berikut:

  1. Pengelolaan Emosi dan Fokus
  2. Empati
  3. Kemampuan kerja sama dan resolusi konflik
  4. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
  5. Pengenalan Emosi

Penjelasan  penerapan 5 kompetensi sosial dan emosional (KSE) berbasis kesadaran penuh (mindfulness)  dalam kegiatan pembelajaran di kelas, lingkungan sekolah dan komunitas praktisi.

Selanjutnya untuk mendapatkan contoh panduan atau kerangka penerapan 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE), silakan baca 5 artikel berikut. Semoga kelima artikel tersebut membantu Anda dalam memahami konsep dan penerapan pembelajaran sosial dan emosional.

Selain contoh kegiatan belajar-mengajar yang diberikan pada fase “Mulai dari Diri” dan kerangka/panduan dalam 5 Kompetensi Sosial Emosional berikut ini adalah berbagai contoh kegiatan yang dapat menumbuhkembangkan berbagai kompetensi sosial dan emosional.

Selamat membaca!

KONEKSI ANTAR MATERI

Kerangka Desain Program Pendidikan Guru Penggerak memiliki topik utama Pemimpin Pembelajaran. Adapun sub topiknya adalah:

  1. Pembelajaran Berdeferensiasi
  2. Komunitas Praktik
  3. Pembelajaran Sosial dan Emosi

Ketiga sub topik tersebut disajikan dalam modul 2 dengan judul Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid. Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, membentuk komunitas praktik, dan menerapkan PSE, diharapkan Guru Penggerak dapat mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Hal di atas juga mendukung capaian pembelajaran pada modul 2 ini, yakni:

Calon Guru Penggerak dapat mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang berbeda.

Calon Guru Penggerak mampu mengelola emosi dan mengembangkan keterampilan sosial yang menunjang pembelajaran.

CGP mampu melakukan praktik komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar seorang coach .

Calon Guru Penggerak mampu menerapkan praktik coaching sebagai pemimpin pembelajaran.

Sumber gambar: https://edsurge.imgix.net/uploads/post/image/12264/SEL-1559160355.jpg

2.1.a.9. Koneksi Antar Materi – Modul 2.1

“Semua pengetahuan terhubung ke semua pengetahuan lainnya. Yang menyenangkan adalah membuat koneksinya.” 

(Arthur Aufderheide)

Saya mengubah pemikiran saya sebagai akibat dari apa telah saya pelajari. Utamanya adalah perubahan pemikiran tentang pemenuhan kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda.

Perubahan pemikiran tersebut berkontribusi terhadap pemahaman saya tentang implementasi pembelajaran berdiferensiasi. Saya menjadi lebih percaya diri untuk mempersiapkan pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Tujuan pembelajaran dideskripsikan dengan jelas dengan kalimat lengkap, dan mengandung keterangan tentang ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree).
2. Kegiatan Pembelajarannya: Berhubungan langsung dengan tujuan pembelajaran; Mendeskripsikan pengetahuan dan keterampilan
yang akan dikembangkan; Mempertimbang kan kebutuhan belajar murid.
3. Penilaian Pembelajarannya: Mendeskripsikan strategi dan alat penilaian yang akan digunakan, lengkap dengan instrumennya; Penilaian yang dilakukan mencakup penilaian pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

Semua hal tersebut dapat dilakukan dengan langkah awal membuat RPP yang memiliki karakteristik seperti tertuang di atas.

Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal?

Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar). 3. Sebagai guru, yang dapat kita lakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid-murid kita adalah dengan memetakan tiga aspek penting. Ketiga aspek tersebut adalah: Kesiapan belajar (readiness) murid, Minat murid, Profil belajar murid.

Bagaimana Anda melihat kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak?

Kaitan antara materi dalam modul ini sesuai dengan isi modul Nilai dan Peran Guru Penggerak. Lebih tepatnya peran sebagai Pemimpin Pembelajaran. Peran sebagai Pemimpin Pembelajaran ini juga menjadi topik utama dalam  Kerangka Desain Program Pendidikan Guru Penggerak.

Sumber gambar: https://media.suara.com/pictures/653×366/2015/04/17/o_19j3m1hgthf63ni1h951v366r6a.jpg