Senang Itu Mahal Harganya (1)

Cerita dimulai dari tawar-menawar mobil LGX bensin tahun 2002. Saya pasang harga 65. Setelah seminggu lebih dilihat orang, akhirnya sampailah pada harga yang hapir deal. Sekitar 58 s.d. 60.

Ada pesan Whatsapp masuk yang intinya tertarik dengan mobil LGX itu. Yang bersangkutan bersedia membayar 62. Beliau juga mau menambah 1 juta untuk biaya akomodasi mengantar mobil sampai di rumah calon pembeli di Jogja.

Dari sekian banyak penawar, tak ada satu pun yang mengeluhkan bagian mesin. Kebanyakan mengomentari body dan interior yang sudah tak orisinil. Makanya waktu calon pembeli dari Jogja ini menanyakan apakah mesinnya kering, langsung saja saya jawab dengan mantab, “Kering pak! AC dingin!”

Singkat cerita, Si Bapak Jogja ini transfer uang akomodasi untuk mengantar mobil. Belum yakin dengan bukti transfer yang dikirim, saya coba video call. Dan juga diangkat!

Berangkatlah kami bawa mobil 2. Penumpang 4.

Spekulasi yang dibawa, kalau misal gak deal, ya sudah lah. Anggap saja jalan-jalan menghabiskan uang 1 juta. Hehehe…

Tidak sulit perjalanan kami menuju lokasi yang telah diminta. Setibanya di sana, pengecekan dimulai. Bagian pertama yang dicek adalah mesin!

Hasilnya, ada bagian atas mesin yang rembes. Dan hal itu berkebalikan dengan jawaban saya saat ditanya via Whatsapp!

Akhir cerita, saya harus pulang tanpa berhasil deal-deal-an!

(bersambung)

Gerakan 3M

Besok, tanggal 11 s.d. 24 Jan 2021 akan digelar PSBB. Selama 14 hari, pemerintah pasti semakin gencar mengkampanyekan Gerakan 3M:

  1. Pakai Masker
  2. Cuci Tangan
  3. Jaga Jarak

Namun sangat disayangkan. Singkatan 3 M kurang mewakili untuk kegiatan yang sudah saya sebutkan di atas. Wkwkwk…

Jangan Lari dari Masalah

Sudah enam hari nyoba menawarkan mobil lewat Facebook. Ternyata beragam tanggapannya. Ada yang sekedar tanya harga, cek barang lalu pulang, ada juga yang sudah ngajak muter-muter kampung. Tapi lagi-lagi belum juga deal.

Continue reading “Jangan Lari dari Masalah”

Rasa Ingin Tahu

Salah satu bekal agar bisa bertahan hidup selepas sekolah adalah punya rasa ingin tahu. Sifat ini sebenarnya lahir dari perpaduan rasa pemberani, percaya diri, dan punya selera tinggi.

Continue reading “Rasa Ingin Tahu”

Makna Geguritan Wohing Pandhemi

Kemarin saya membuat geguritan berjudul Wohing Pandhemi. Seperti ini geguritannya:

pandhemi iki
nggiring masyarakat
mring kahanan
kang ewuh
mbingungaké awan wengi

wiji kêmèrèn
bakal tuwuh dadi perang gedhe!

sing kadonyan ora eling kamanungsan
sing kepepet butuh cupet nalare njur dadi brangasan

tundhone akeh tumbal
mati amargå,
wohing pandhemi mung amargå wiji mèri

getih mili saindênging bumi pertiwi,

Kira-kira makna yang saya maksud adalah:

Pandemi covid-19 makin terasa imbasnya di tatanan masyarakat. Utamanya pada sisi kesenjangan sosial. Bagaimana tidak, beberapa profesi tetap dapat menjalankan rutinitasnya seperti biasa. Pendapatannya pun masih sama dengan apa yang mereka usahakan.

Seperti petani, buruh bangunan, buruh pabrik, pedagang di pasar, dll.

Namun tidak pada guru. Guru di tengah masyarakat mendapatkan pandangan yang kurang menenakkan. Mereka terkesan tidak bekerja, tapi masih digaji.

Banyak orang tua yang mengharapkan anaknya dibimbing melalui video conference. Memang hal ini menjadi solusi bagi orang tua yang mampu menyediakan sarana prasarana untuk itu.

Tapi bagaimana jika masalah baru muncul akibat ketidakmerataan kepemilikan sarpras untuk video conference?

Andai saja ada regulasi kuat yang mengatur tentang subsidi silang, mungkin bisa membiasakan pemilik gaji tinggi untuk rutin berderma. Sekaligus menekan arogansi masyarakat yang sulit memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tetapi jika keadaan ini jika dibiarkan, makin lama benih kecemburuan sosial ini akan berbuah perpecahan dan perang saudara.

Mungkin tulisan kali ini terlalu over thinking. Tapi gak papa… Hahaha…

Wohing Pandhemi

pandhemi iki
nggiring masyarakat
mring kahanan
kang ewuh
mbingungaké awan wengi

wiji kêmèrèn
bakal tuwuh dadi perang gedhe!

sing kadonyan ora eling kamanungsan
sing kepepet butuh cupet nalare njur dadi brangasan

tundhone akeh tumbal
mati amargå,
wohing pandhemi mung amargå wiji mèri

getih mili saindênging bumi pertiwi,

Kirab Tunjung Maya

Tinarbuka wiwaraning Surya/ pratandha wus ngancik gagating Rahina.// Sunaring sang Pratanggapati/ byar padhang anelahi jagat/ kacihna sorote nganti mapag/ wancine bedhug tengange.

Continue reading “Kirab Tunjung Maya”

Menulis yang Dimengerti Saja

Akhirnya, ada bahan untuk menggugurkan kewajiban baru tantangan nulis tiap hari. Ide ini saya dapatkan kemarin. Tepat setelah tulisan pertama saya di tahun 2021 terbit.

Idenya adalah, saya akan menulis segala sesuatu yang benar-benar sudah pernah saya alami saja. Bisa dikatakan deskripsi pengalaman. Lebih dari itu, kalau misalnya nanti saya kehabisan bahan, akan saya tulis sesuatu yang saya kuasai. Hahaha… Kaya ahli wae…

Nah, tulisan kali ini gagasan utamanya adalah saran untuk menulis sesuatu yang diketahui saja. Hal ini sangat subyektif. Karena sama-sama perokok, misalnya, pasti pengetahuan tentang rokok beda-beda. Sesuai selera.

Continue reading “Menulis yang Dimengerti Saja”