Salaman Salim Slamet

Judulnya mirip gaya bicara Pak Guru Bahasa Arab. Beliau sedang menerangkan akar dari sebuah kata, Salaman. Tapi maksud saya bukan itu. Saya mau cerita tentang peristiwa salaman.

Salaman adalah istilah untuk dua orang dewasa yang sedang berjabat tangan . Kalau untuk orang yang belum dewasa, biasanya diminta salim. Tadi pagi saya salim dengan Pak Slamet.

Apa saya belum dewasa? Menurut saya sih sudah. Cuma saya masih suka terlambat.

Baiklah, pembaca. Kebetulan saja Pimpinan saya namanya Pak Slamet. Setiap pagi, beliau sudah datang duluan. Begitu juga pagi ini. Akhirnya kami salaman.

Tapi salaman yang tadi rasanya berbeda. Seolah ada pesan yang ingin beliau sampaikan kepada saya.

Perlu diketahui bahwa: saya hobi terlambat. Berulang kali diingatkan oleh rekan-rekan. Bahkan seminggu yang lalu saya ditegur Pak Slamet via SMS. Intinya, beliau meminta saya untuk lebih dewasa lagi. Meminta saya untuk berpikir lebih cerdas bahwa terlambat adalah awal dari rusaknya agenda keseharian saya. Juga akan mengancam keselamatan saya jangka panjang.

Akhirnya saya simpulkan. Peristiwa salaman tadi pagi (yang agak lama durasinya itu) berisi pesan: Mas, kalau peringatan saya lewat SMS tidak mempan, sampeyan saya tegur lewat kontak batin. Semoga mujarab.

Tata Cara Bertamu

Dalam masyarakat Jawa, bertamu ke rumah seseorang tidak harus memberi tahu terlebih dulu. Apalagi kalau bertamu hanya untuk mengantarkan uang. Karena ada burung prenjak yang siap memberikan tanda peringatan. Cemblek thir… Cemblek thir…

Waktu yang bertepatan dengan saat makan tidak baik untuk bertamu. Pagi hari dan sore hari juga tidak baik untuk bertamu. Soalnya pada waktu-waktu ini, si empunya rumah sedang bersih-bersih pekarangan dan mandi.

Jangan anggap saran ini menyulitkan orang lain yang ingin bertamu. Ketajaman spekulasi benar-benar diuji dalam hal ini.

Sumber: Kridalaksana, Harimurti, dkk. 2001. Wiwara: pengantar bahasa dan kebudayaan Jawa.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Aku Ingin Pizza

Tiap ada iklan pizza itu, semua putra-putri Pak Ngabdul serentak bersorak, “Bernyayi bersama sambil ber ha rap!”

 

“Ora sah rame, Ndhuk, Le. Ngerti wengi apa ora?!” sahut Pak Ngabdul.

 

“Berlindung bersama sambil ti a rap!” mereka menyahut lagi.

 

(Krompyang!!!)

Cangkir jembungnya Pak Ngabdul mendarat tak beraturan.

Di Indonesia

Akulah yang paling perkasa

Tapi aku juga tak punya daya

Ilmuku tumpah ke mana-mana

Siapa yang salah, jangan ada tanda tanya

 

Apa-apa berujung curiga

Apa-apa sia-sia

Apa-apa cuma biar gini

Nanti akhir cerita sama lagi

 

Aku mirip remot kontrol

Tapi wadah baterai masih kosong

Manusia cetakan modern

Tersungkur malu di depan jempol kaki bau

Ia nekat naik matikan siaran tivi petang itu

 

Aku menahan tumpahan air mata

Sampai benar-benar tak ada daya lagi

Sesak di dada

Tumpahlah tangisku, tumpahlah ilmuku

Jadi bahan tawa sepanjang lintasan roda

 

Di akhir senja kadang masih kuulangi

Kebiasaanku dulu waktu masih punya rai

Kucoba mengurai rencana

Meski tetap tak berarti

Tabung Sebagian Kosa Katamu

Sejak muncul mapel Bahasa Indonesia, ada dua sisi berbeda dalam belajar bahasa. Formal dan informal. Sayangnya saya tidak berusaha mengupas keduanya. Hehehe…

Eh, tapi ada dua tipe orang yang tidak boleh ditiru. Keduanya berkaitan dengan pola belajar bahasa. Pertama, orang yang terlalu miskin kosa kata. Kedua, kelebihan kosa kata.

Misikin kosa kata berarti punya ide banyak tapi sulit mengungkapkan. Yang kaya kosa kata, idenya satu penjelasannya banyak.

Posisi saya saat ini sedang kebanyakan tingkah. Membuat tulisan yang sulit ditemukan manfaatnya. Hehe…

Pindah Sekolahkan Anakmu

Anak-anak sangat suka meniru-niru. Sering pula diikuti dengan kebiasaan minta dibelikan sesuatu (yang menurutnya baru).

Meniru cara bicara temannya. Meniru beli mainan yang belum ia punya. Ingin punya sepatu bola seperti temannya. Bahkan minta dibelikan sesuatu barang yang belum pernah ia ketahui sebelumnya (baru diberi bayangan oleh guru di sekolahnya).

Intensitas kegiatan meniru-niru ini, dipengaruhi oleh lingkungan. Paling berperan lagi adalah teman bermain, teman sekolah, dan gurunya.

Perlu diketahui, barang yang sedang nge-tren di tiap-tiap lingkungan itu berbeda. Kadang-kadang ada barang yang sedang nge-tren di suatu tempat, ternyata sudah tidak digemari lagi di tempat anak Anda sekolah. Atau malah barang itu dianggap tidak penting bagi teman sekelasnya. Bahkan, belajar adalah barang paling penting yang diyakini oleh teman sekolah (baru) anak Anda.

Dengan kecermatan, Anda bisa menemukan dan memilih lingkungan terbaik untuk anak. Lingkungan yang berpotensi kecil dalam hal menyulut intensitas kegiatan meniru-niru. Maka saya sarankan: Pindah sekolahkan anakmu!

Lurah Idaman

Kepandaian itu wajib diusahakan dan dimiliki. Tapi setelah nanti kesampaian, kepandaian harus bisa membawa diri menuju kearifan.

Begitu kata Pak Ngabdul. Siapa sangka orang semacam itu adalah lurah. Bagaimana kisahnya? Simak liputan berikut ini:

Continue reading “Lurah Idaman”