Setelah dinyatakan resmi keluar dari tempat belajar, ada beberapa hal yang tidak sempat saya pikirkan sebelumnya.
Ternyata tidak ada tuntutan dari orang-orang di luar sana tentang cara mengerjakan soal. Padahal saya telah mempelajarinya beberapa tahun lamanya.
Tidak ada apresiasi tersendiri waktu saya bisa memunculkan masalah sekaligus menemukan jawaban untuk masalah itu.
Mengkaji kajian yang sulit dicerna bukanlah kebiasaan mereka. Bagi mereka, gunjingan dari beberapa tetangga cukup untuk menjadi bahan kajian yang mudah diingat dan sarat makna.
Tidak ada tuntutan untuk menjelaskan metode terbaik menyelesaikan masalah yang telah saya ada-adakan tadi. Saya berusaha keras meyakinkan bahwa masalah itu mengganggu kelangsungan hidup mereka. Tapi mereka menganggap itu semua bukan masalah. Sayang sekali.
Mereka tidak mementingkan pengetahuan tentang: seberapa sulit saya bisa keluar dari tempat belajar. Bukanlah hal yang mencengangkan andai saja mereka tahu bahwa saya berhasil mengerjakan soal dengan jawaban berlembar-lembar.
Kini tibalah saatnya saya tidak bisa menjelaskan dengan mudah apa-apa yang belum mereka ketahui. Saat inilah mereka menganggap saya sebagai suatu masalah.