OALAH, NASIB, NASIB!

Terjawab sudah pertanyaanku tentang batasan nasib dan usaha atas nasib sendiri. Memang tak kentara rupa dan wujud batasan itu. Namun cukup bisa dirasakan.

Marahlah! Ngototlah! Tentu dengan dasar dan data dukung yang kuat. Dengan mempertimbangkan peluang yang masih ada. Tapi ketika ambisimu mulai meluruh ke titik paling bawah, saat itulah engkau mulai diminta berhenti berusaha memperjuangkan nasib. Sesaat kemudian, terjawablah semua usaha atas nasibmu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.