Profesi Dadakan Jelang Pileg 2014

Profesi dadakan yang laris di musim menjelang Pemilu 2014 (urut dari yang terbanyak) adalah:

  1. Pengamat : mulai dari mahasiswa hingga profesor sibuk menjadi pengamat (ya cuma mengamati) di banyak kasus politik. Bahkan mahasiswa yang harusnya mendalami keilmuannya dan menyiapkan diri untuk kepemimpinan masa depan justru sibuk jadi pengamat (ya jadi pengamat saja dengan sudut pandang pragmatis, tidak lebih. Bagaimana? Karena data-data acuannya adalah berita. Dan sudah rahasia umum bahwa berita hari ini tidak ada bedanya dengan gula pasir warna putih atau cokelat yang dijual di warung. Jadi masalahnya sebenarnya rasa manis atau gulanya? Itu juga membingungkan kan).
  2. Pemisuh : ini golongan pengamat yang kehilangan kendali sehingga kalau ada berita, dan ada lobang komentarnya langsung misuh-misuh, ada yang beropini beda dengannya, langsung dipisuhi dan segala pisuh2 yang tidak membersihkan tangan (loh kok) tetapi makin memuakkan. Sayangnya, ada juga sih mahasiswa yang bergabung di golongan ini (ga tahu kenapa kok bisa2nya mau gabung)
  3. Penengah : ini golongan pengamat yang cukup mapan dan semeleh pikirannya sehingga seringkali menjadi penengah ketika para pemisuh berkompetisi satu sama lain menunjukkan kualitas pisuhannya karena mempertahankan Idola masing-masing
  4. Pebisnis : ini golongan pengamat yang kreatif sehingga disamping mengamati kasus politik, mereka juga merumuskan kasus-kasus politik yang bisa dikomersilkan. Bisa wujudnya media massa, hingga sekelompok blogger yang memainkan kata kunci untuk mendulang ribuan dolar.
  5. Pelaku Politik : ini golongan paling kecil jumlahnya yang sering jadi bahan pembullyan, menurutq sih yang beneran jahat sebenarnya sedikit, tapi yang beneran baik juga sedikit, sisanya adalah melihat pasar para pebisnis sehingga mau jadi jahat atau baik itu tergantung sinyal dari pebisnis, mana yang laris (lah ini jadinya jahat atau baik, atau ….. muna…..k ya). Tapi aku lebih mengapresiasi golongan ini, karena merakalah golongan orang yang paling berani di zona bahaya sekaligus yang paling tahu inti dari masalahnya.

Kesimpulan tidak bermutunya :
Semakin orang pengin tahu banget semakin ia tidak tahu, karena biasanya ia hanya memilih jadi pengamat dan kepo2 dari kejauhan. Kalo agak sedikit nglindur lalu misuh2 dengan tidak terkendali meski ada juga yang semeleh pikirannya lalu mencoba melihat sisi lain dan mencoba memperbaiki. Sayangnya upaya golongan penengah ini sering gagal karena isunya dimainkan golongan pebisnis. Sementara para ksatria politik masih sibuk dalam pertarungan yang paling menentukan ini (ada yang jujur, ada yang curang, dan ada yang sembunyi menunggu yang bertarung mati semua lalu mencuri).

Lalu saya siapa? Saya hanya penulis status ini dengan harapan diterbitkan Ki Heri di lapak Ngabdulisasi.com-nya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.