Dhanyangan

Ajaran tentang bahaya sifat sombong memang mudah didengarkan. Mudah dihafal, tapi sangat sulit dijalankan. Dengan pertimbangan efektivitas metode pembiasaan, orang-orang kuno menyusun serangkaian metode pembelajaran yang secara tidak langsung membiasakan masyarakat agar bersikap rendah hati.

Namun sayang, tidak semua rencana pembelajaran dapat berjalan sesuai tujuan. Beberapa aturan itu malah disalahartikan. Orang berhasil jadi rendah hati, tapi tidak berhasil jadi orang yang banyak berpikir. Aturan tinggal aturan, tak pernah ada keinginan untuk memikirkan sebab munculnya aturan itu sendiri.

Ambil saja satu contoh aturan. Kalau akan mengirimkan sejumlah makanan ke luar kota, sedangkan nanti harus melewati kali berpenunggu itu, jangan sampai lupa untuk menyisihkan sedikit bagian, biar rasa makanan yang diantar tetap nikmat. Kalau sampai lupa, siap-siap saja makanan akan berasa hampa.

Masih takut belum bisa rendah hati? Ya silakan menyisihkan makanan. Sedikit saja, tidak usah banyak-banyak. Sebaliknya, kalau sudah tahu sebab dimunculkannya aturan itu, daripada membuang makanan sia-sia, lebih baik kan memilih untuk menjaga kerendahan hati saja.

Kalau masih ditunggangi kesombongan, prestasi setinggi apa pun pasti tak ada rasanya. Itu kira-kira pesan dari rencana pembelajaran orang kuno yang disusun untuk kita.

Aturan ini tidak hanya berlaku untuk makanan. Sudah diperkenankan menjalar ke beberapa sudut kehidupan. Contohnya, beberapa instansi yang secara resmi berprestasi, ternyata kalau kita berada di dalamnya, suasananya hampa. Asin wae ora, apa meneh gurih. 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.