Bapak Iwan memiliki keluarga yang bahagia. Istrinya bernama Ibu Maya. Lengkap dengan kedua putra-putrinya, Budi dan Ani. Mereka hidup tentram dengan segala kesederhanaan.
Keluarga itu hidup nyaman di tengah-tengah mitos yang beraneka ragam. Tidak boleh bepergian pada hari ketiga setelah hari kelahiran. Segera meletakkan sapu lidi dengan posisi terbalik biar hujan segera reda. Dilarang makan sambil tiduran karena bisa berubah jadi ular.
Dari sekian banyak mitos yang beredar di keluarganya, Ani sangat tertarik dengan mitos bahwa anak nomor 2 dari 3 bersaudara memiliki keunikan tersendiri.
Dengan melihat potensi yang ada pada dirinya kini, ia sangat berambisi untuk mewujudkan mitos ini. Ia berharap kelak akan memiliki kepribadian yang unik, mudah berkarir, dan disenangi semua orang.
Ia tidak sekedar berharap mitos ini terjadi. Bahkan secara alami, rencana demi rencana ia siapkan demi mendapatkan keunikan yang ia dambakan. Mulai dari bergaya layaknya kakak yang sedang bermain dengan adiknya, membawa boneka kemana pun ia pergi, sampai akhirnya ia divonis mengalami gangguan jiwa.
Gangguan jiwanya berlanjut sampai dewasa. Meski Pak Iwan dan Bu Maya telah menghadirkan adik untuk Ani, tetap saja ia gila. Orang-orang beranggapan, mitos yang Ani inginkan sudah benar-benar terjadi pada dirinya.