Tuku Sepedha Motor

“Pak!” Bu Sakinah membuka percakapan.

“Ada apa ta, Bune?” jawab Pak Ngabdul santai.

“Ndhak kok, Pak. Aku cuma heran. Coba itu jenengan pirsani. Akhir-akhir ini anak kita kok kerjaannya cuma ngelapi sepeda motor punyane jenengan terus? Mesakne, Pak…”

“Ha mbok biar,” jawab Pak Ngabdul dengan lebih santai.

“Jangan-jangan minta motor?” Bu Sakinah makin panik.

“Memang iya,”

“Wadhuh, kojur tenan iki, Pak!”

“Kemarin, dia bilang sama saya, minta dibelikan motor. Terus saya jawab, Le, kalau belum bisa beli sendiri, sementara ini kamu ngelapi dulu saja. Mbesuk pasti akan datang hasil jerih payahmu saat ini.”

“Alhamdulillah kalau gitu, Pak. Ternyata anak kita nurut.” kepanikan Bu Sakinah mereda.

“Terus saya juga bilang sama bocahe, ibumu kan suka sama bocah yang resikan. Kalau kamu konsisten ngelapi, pasti ibumu tidak tega melihat kerjaanmu yang nrenyuhne ati itu tiap hari, Le. Tunggu saja, pasti tidak lama lagi kamu dibelikan motor. Pakai uangnya ibumu.”

Akhirnya, Bu Sakinah tak kuasa menahan amarah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.