Belajar dari banyak kejadian, akhirnya saya memilih untuk lebih banyak diam. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum banyak bicara. Karena beberapa kata yang ditautkan bersama bisa mengandung banyak makna. Padahal, banyak sekali pendengar yang merasa bebas mengartikan makna kata per kata yang mereka rekam dengan kuping masing-masing.
Banyak kata banyak. đŸ˜€
Ada sebuah sebab dari munculnya bahan pembicaraan. Tentang perbuatan saya mencuri, misalnya. Bisa saja kemarin itu, saya langsung menyangkal bahwa saya tidak mencuri. Tapi apakah mereka langsung percaya? Kalau pun ada, orang itu pasti sangat suka dengan saya. Namun sayang, orang yang benci kepada saya jumlahnya lebih banyak. Akhirnya energi saya terbuang sia-sia demi mempersiapkan susunan kalimat-kalimat sangkalan.
Berbeda ketika saya membuktikan sendiri di depan mata kepala oarng lain. Bahwa saya tidak mencuri. Atau saya berusaha mencari si pencuri yang sebenarnya. Atau kalau memang saya mencuri, lalu saya benar-benar menghentikan kebiasaan saya mencuri. Tanpa sepatah kata pun, mereka yang semula yakin bahwa saya pencuri, pasti akan percaya kalau saya bukan pencuri.
Akhirnya, membuktikan dengan tindakan nyata itu bisa menjadi senjata pamungkas. Ampuh tak tertandingi. Bisa dimiliki oleh siapa saja. Berita se-ngeri apa pun, tak perlu dibalas dengan berita lain yang lebih ngeri. Cukup dengan menyangkal fakta yang secara tidak sengaja telah diopinikan miring oleh orang lain; berwujud tindakan nyata.
Eh, misal fakta yang disebarluaskan itu benar-benar fakta, langkah perubahan nyata masih tetap terasa ampuhnya. Reputasi kembali naik, nama baik kembali dapat dimiliki.