Memang sudah sepantasnya bahwa tolong-menolong dianggap sebagai perbuatan baik. Tentu saja tolong-menolong dalam kebaikan. Bagaimana tidak, menolong orang lain itu sama halnya mengubah takdir. Takdir orang lain, juga takdir diri sendiri.
“Jangan banyak-banyak ngomongin takdir, Mas,” kata orang di pinggir jalan tadi.
“Masalah? Masalah?!” jawab saya.
“Ya sebenarnya tidak masalah, Mas. Hanya saja kalau semua orang sudah yakin takdir, terus gak mau ngapa-ngapain kan jadi repot,” beliau masih ingin menasihati.
“Masalah? Masalah? Masalah?!!!” jawab saya.
“Ya sebenarnya tidak masalah, Mas. Hanya saja, kalau semua orang sudah yakin takdir, gak ada lagi dong berita-berita mengenaskan di layar televisi,” beliau masih sok tahu. “Gak ada lagi hutang-hutangan berakhir pembunuhan, anak sendiri dicabuli, lebih-lebih, sampai ada oknum polisi menipu petani,” lanjut beliau. “Masalah, Mas?!!!” beliau malah mendahului.
(saya baru mau ngomong lagi malah beliau lanjut lagi), “Meningatkan diri sendiri untuk selalu belajar, berusaha, dan berdoa, itu juga bisa mengubah takdir, Mas.”
Tak lama kemudian beliau dicekal oleh beberapa suster rumah sakit jiwa. Kata salah satu suster, beliau belum tuntas mengikuti program Paket Hemat Setrum Kepala. Seharusnya mendapatkan 6 kali setruman, beliau baru mengikutinya 3 kali.