Mbah, ragamu tak sekuat dulu lagi. Kian banyak rambutmu yang memutih dan melepaskan diri. Tapi engkau tetap mempertahankan gelunganmu, meski tak pantas lagi disebut gelungan. Aku percaya, Mbah, ini adalah salah satu cara mempertahankan identitasmu sebagai perempuan sejati.
Tunggu aku pulang Mbah. Nanti akan kubawakan ‘jarik lurik klambi bludru’ untukmu. Kita nanti berpose bersama. Layaknya seorang Mbah Uti dan Sang Putu.