Sepi ing pamrih Rame ing Gawe merupakan sebuah prinsip hidup bagi orang Jawa; dapat diartikan bahwa dalam melakukan sesuatu hendaknya kita tidak terlalu memikirkan apa yang akan kita dapatkan (baik materi maupun pujian) dan tidak perlu banyak bicara.
Akan tetapi senantiasa harus konsisten melaksanakan apa yang menjadi tugasnya. Dalam bekerja dan terutama kegiatan masyarakat, kita tidak terlalu memikirkan imbalan (pamrih). Pamrih sedikit tidak apa, asalkan sepi-sepi saja. Dan jika dibandingkan dengan pelaksanaan tugasnya/gawe maka haruslah lebih ramai.
Sehingga dalam pelaksanaannya prinsip sepi ing pamrih rame ing gawe membutuhkan keikhlasan untuk tidak menceritakan kebaikan yang sudah kita lakukan, bekerja tidak untuk dipuji dan tetap bekerja tanpa pengawasan ataupun perhatian orang lain.
Kemudian apa yang sudah menjadi komitmen dan tanggung jawabnya tetap dilaksanakan tanpa memperhitungkan imbalan ataupun pujian dari orang lain.
Bukankah pujian itu hanya udara yang bergetar dan hilang begitu saja? Bukankah imbalan dari manusia itu hanya berlaku di dunia saja dan tidak berguna di akhirat?
Ketika kita berprinsip sepi ing pamrih rame ing gawe, sudah barang tentu tidak koar-koar menyebutkan kebaikan kita dan menyebut-nyebut pekerjaan/kekurangan orang lain. Karena mungkin orang lain yang kita anggap kerjanya kurang itu malah lebih banyak kerja daripada kita. Mungkin juga kerjanya di balik layar dan memang tidak mau dilihat oleh kebanyakan orang.
Dikutip dari tulisan: Kun Prastowo. Aktivis organisasi sosial masyarakat di Kelurahan Jebres dan Penulis Buku: Menghadang Perang di Tepi Bengawan (Babad Kademangan Jebres).