Mak sliyut.
Beberapa detik kesadaranku melayang di atas udara. Terlihat jelas sosok Albert Einstein yang gimbal rambutnya.
Bentuk tangannya mirip seperti tangan-tangan biasanya. Menodongkan pistol tepat di pelipis kiriku.
“Maaf, Mbah. Jangan di situ. Ada jerawatnya,” aku pindahkan ujung pistol itu ke pelipis kananku, “sini saja, Mbah,”
“Jangan bergerak!” teriaknya.
“Lha yang bergerak juga siapa?”
“Tembak! Dor!” teriaknya lagi.
“Sudah, Mbah?” tanyaku.
“Belum. Kamu gila!”
“Lho? Kok bisa?”
“Iya. Lha wong kamu mengulang-ulang tindakan yang sama dengan mengharap hasil yang berbeda!” sambil mendorong pistolnya hingga kepalaku goyah dan terbangun.
“Turu wae! Bangun!” kata Bapak.
Aaaahhhhh…idemu edyaaann pas Par!!
berarti ora edyan banget? Lha gur pas ngono… 😀